Surakarta,14 September 2024.
Tan Malaka,tokoh revolusioner asal negeri minang,beberapa orang menyebutnya bapak republik indonesia karena beliau mengagas kerangka negara lewat bukunya yang bertajuk "naar de republiek indonesia",yang buah pemikirannya memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan filosofis,politik bahkan ekonomi di indonesia sejak zaman dahulu.Namun seperti halnya sejarah ditulis oleh seorang pemenang,namanya pun jarang terdengar dan tak banyak dikenali masyarakat bahkan disebutkan dalam buku-buku pendidikan ataupun sejarah pasca seluruh idelogis dan keyakinan sayap kiri mulai mendapatkan kecaman keras dari bangsa asing yang kala itu `compe jepang`,bahkan bangsa sendiri ketika beberapa oknum terlalu ekstrem dalam mewujudkan ideologisnya melalui gerakan-gerakan yang dinilai keji dan tak manusiawi.Tan Malaka sendiri adalah seorang muslim beraliran marxisme yang memiliki berbagai pemikiran filosofis yang unik dengan menempatkan dasar pandangan yang berbeda dari kebanyakan pemikiran-pemikiran lainnya,sebut saja salah satu karyanya adalah Madilog yang bukan hal baru namun kembali diinterpretasikan melalui berbagai pemikiran tokoh-tokoh serta kondisi sosial geografis negara-negara sosialis kala itu sekitar abad 19-20.Bahkan seorang tokoh ulama besar tanah air seperti Buya Hamka merilis tanggapannya terkait "Islam Dalam Tinjauan Madilog" dengan terpukau atas penempatan pandangan dari seorang tokoh filsuf negeri ini.
Madilog sendiri adalah salah satu buku yang saya gemari walaupun penggunaan bahasanya terkesan sulit bagi khalayak umum karena memang bahasa dasar dalam buku ini adalah bahasa melayu tinggi yang sudah dipermudah penyusunannya menggunakan bahasa indonesia oleh Tan Malaka sendiri.Jadi untuk kebanyakan literasi umum memang perlu dibaca berulang kali untuk memahami arti yang disampaikan buku ini,namun untuk masyarakat melayu tulen ini adalah buku dengan bahasa yang sangat mudah untuk dipahami.
Madilog ditulis di Rawajati dekat pabrik sepatu Kalibata, Cililitan, Jakarta.Penulisannya sendiri kurang lebih 8 bulan antara tahun 1942-1943 kala `negeri sakura`dengan pedang terhunus menguasai dan memperbudak hampir semua negara jajahannya termasuk indonesia.Melihat dari kondisi sosial kala buku ini dibuat adalah dimana negara ini belum merdeka,tokoh-tokoh masih gencar melakukan pergerakan hingga rakyat jelata yang dominan khususnya golongan pekerja atau proletar yang diyakini Tan Malaka sendiri sebagai unsur utama membentuk indonesia merdeka.Namun kekuatan yang diyakini ini belum dapat dimaksimalkan karena sebagian besar masyarakatnya masih kurang dalam logika dan filsafat dunia serta masih memegang kepercayaan tahayul dan mistis mengenai akhirat yang berlebih.Jadi ini adalah dasar keyakinan yang dipegang Tan Malaka untuk melakukan pergerakan kemerdekaan lewat pemikiran-pemikiran yang salah satunya adalah madilog ini.
Jadi jika menilik historis sosial rakyat indonesia kala itu masih kurangnya berpikir logika dan adanya dominasi keyakinan mistis yang menyebabkan rakyat bersikap pasrah dan enggan berjuang dalam mencapai cita-cita kemerdekaan.Tan Malaka dalam pendahuluannya sendiri menyebutkan keterbatasan penulisan buku ini karena utamanya biaya kemudian adanya inspeksi polisi-polisi jepang,seringnya berpergian ke negara asing karena ancaman juga karena kebanyakan oknum mengaku-ngaku sebagai sosok beliau hingga bahan literasi yang didapat dari berbagai negara harus lenyap karena inspeksi,perang bahkan terpaksa hanyut ditelan air.
Madilog sendiri adalah kepanjangan dari matrealisme,dialektika dan logika yang secara etimologis diambil dari `matter`(benda),`dialectica`(dalam tuntutan sosial) dan `logica`(berpikir argumen).Namun dalam penulisannya sendiri madilog lebih merujuk kepada cara berpikir untuk memberi sedikit pemikiran tentang kemerdekaan yang seharusnya adalah sesuatu yang sudah melekat di dalam diri manusia. Tan Malaka meletakkan epistemologi sebagai dasar dari perjuangan untuk menjadi negara dan individu yang merdeka,tentunya ini adalah upaya beliau dalam menghapuskan feodalisme yakni cara berpikir lama yang masih sangat dominan waktu itu. Cara berpikir lama dipengaruhi oleh dunia mistik penuh takhyul yang menyebabkan orang mudah menyerah pada alam, sehingga membentuk manusia yang bermental budak, tidak percaya lagi pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri untuk membangun dunia.
Gagasan yang selalu dikejar oleh Tan Malaka semenjak giat dalam percaturan politik Indonesia adalah memerdekakan bangsanya dan sekaligus merombak secara total segala bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Inilah inti dari keseluruhan perjuangannya sebagaimana yang tercantum dalam bukunya Madilog. Dalam buku ini terkandung pemikiran-pemikiran filosofisnya yang diuraikannya lebih lengkap dan lebih menyeluruh. Cara berpikirnya adalah dinamis dan dialektis. Cara berpikir sangat bertentangan dengan pola pikir lama yang bersifat mistis, idealistis dan penuh dengan takhyul (ketimuran).
Merangkum madilog dalam satu halaman blog ini tentunya tak akan cukup untuk menggambarkan betapa luasnya pemikiran didalamnya terkait berbagai aspek dalam kehidupan mulai dari logika mistika,ilmu filsafat,sains dan bukti,dialektika baik idealis ataupun matrealis hingga peninjauan madilog dengan fokus berpikir yang mendasarkan pada materialisme, dialektika, dan logika untuk mencari akibat yang didasarkan atas bukti yang cukup banyak dan cukup berdasarkan pada pengalaman yang dapat diamati.
>Berikut sepenggal bait
Ambisi
Sesaat pertengahan malam
Bangunkan jiwa raga yang suram
Tuliskan sesuatu yang dapat menghujam
Atau sekadar menghayati dengan mata terpejam
Melihat kondisi terkini
Menyeruak isi kepala dan hati
Mencari alasan terpuji
Ada kalanya lupa untuk berbakti
Ketika esensi hilang
Salahkan kodrat yang dibuang
Karena ini bukan permainan menerawang
Gunakan logika sampai batas ambang
Berpikir pun harus ada arti
Guna lewati badai yang tak terhenti
Bukan hanya proses mencari jati diri
Namun bekal pengganti generasi tua nanti
"Buatlah kerangka berpikir,wujudkan dengan logika yang mahir."
~Dwiki Ariyadi
Komentar
Posting Komentar