Surakarta,6 September 2024.
Disclaimer(!!!):"Part blog ini diambil dari draft tulisan buku non formal yang saya buat jadi mohon dimaklumi apabila bahasa yang digunakan didalamnya tak baku seperti biasannya selamat membaca dan ber literasi" ,dimohon kebijakannya untuk membaca dengan seksama,jangan ditelan mentah-mentah karena kita manusia yang berakal jadi silahkan gunakan interpretasi anda sendiri semaksimal mungkin.Selanjutnya saya mohon maaf terlebih dahulu apabila kata-kata yang saya gunakan kurang tepat serta tanpa didasarkan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu.
Memang sesuatu harus dinilai seimbang mungkin,masyarakat yang mulai muak memang ku maklumi karena sejak zaman penjajahan dinegeri indah ini pun pejabat banyak yang doyan merampok jiwa-jiwa masyarakatnya tak jarang ucapan mereka berbalik dengan orasi-orasi yang senandungnya mengalahkan adzan masjid sekitar atau seriosa dalam sebuah gereja.Jika ingin dinilai sebaliknya masyarakat pun tak kalah lucunya,mungkin ini dampak kesinambungan dari ulah oligarki tadi,kan ku bagi jadi 3 lapisan masyarakat saja tergantung kemampuan daya belinya yakni mereka yang atas,menengah dan bawah.
Kita mulai dari atas,mereka setidaknya adalah pemegang modal 70% dinegeri ini,mereka adalah orang orang yang bisa saja sudah kaya sedari lahir dari warisan para tuan tanah terdahulu atau mereka yang merintis dan memiliki jiwa bisnis dalam salah satu dari 46 kromosom sel tubuhnya.Lalu apa masalahnya?bagiku mereka lumayan cocok untuk menjadi pemeran utama dalam pertunjukan wayang atau bahkan mereka adalah dalang yang melengak-lengokan wayangnya secara lihai bagaikan anak kecil yang diberi mainan,mereka mencoba memberikan pengetahuan finansial bagi siapa saja yang ingin belajar,mungkin itu taktik yang lumayan mulus untuk menyebut kalangan yang kurang mampu,hal-hal yang mereka ajarkan mungkin memang terasa masuk akal namun masalahnya ada di eksekusinya,ibarat seorang guru yang mengajarkan ilmu kepada murid tapi guru tersebut menghalangi muridnya untuk menerapkan ilmu atau bahkan sekedar menginterpretasikan sari-sarinya.Mereka yang dianggap sebagai murid diajarkan oleh gurunya mengenai suatu cara untuk mendapatkan uang melalui sumber tertentu namun cerdiknya semua sumber-sumber uang itu dikuasai oleh seseorang yang telah mereka anggap sebagai guru.Mulai dari bisnis konvensional seperti pabrik&ritel,uang-uang digital bak cryptocurrency atau yang lebih bias adalah aset-aset tetap seperti tanah dan lahan.Para orang kaya ini berlagak seperti seorang motivator mereka mengajarkan domba-domba nya untuk membeli aset-aset ini padahal mereka cukup kesulitan untuk mendapatkannya tak lepas karena sebagian besar aset yang mereka bicarakan itu sudah masuk ke kantongnya.
Aku berpendapat bahwa seseorang yang kaya bak keluarga kerajaan inggris tak ingin kekayaanya berkurang apalagi hilang justru mereka ingin hartanya dapat digunakan untuk 7 keturunan dibawahnya,hidup berfoya-foya atau mungkin guna menimbun mereka saat mati di liang lahatnya.Selepas ku bangun dari sujud subuh itu aku menyadari bahwa kepemilikan akan sesuatu harus didasarkan attitude/adab kaena sesungguhnya semua kepemilikan adalah sementara dan akan kembali ke pencipta aslinya,terlepas dari itu ada yang memang benar-benar membutuhkan kepemilikan tersebut untuk hanya sekedar bertahan hidup agar tak mati secara mengenaskan.
Kedua yang kubahas adalah masyarakat lapisan bawah tapi mengapa?bukankah mereka adalah sekumpulan orang-orang yang perlu dikasihani jangankan memenuhi keinginan mereka untuk makan 3 kali saja bagi mereka itu cukup sulit.Untuk masalah kali tentunya aku tak bisa memukul rata semua itu ,masalah kali ini adalah apa yang mereka sebut sebagai mentalitas,ya mereka ada dalam kondisi tersebut karena 2 kemungkinan yakni struktural ekonomi yang dikuasai negara dan budak kapitalis atau kemungkinan lainnya karena mentalitasnya namun sekali lagi aku tak mau memukul rata semua orang dilapisan ini begitu adanya karena yang kulihat adalah apa yang sebagian besar terjadi dinegeri ini.Mereka cukup bahkan mungkin lebih dari cukup diperhatikan oleh pejabat-pejabat yang adakalanya kotor itu,mereka diberikan bantuan baik itu subsidi,makanan,bahkan jasa dan prasarana umum yang lebih layak daripada sebelumnya.
Tapi yang terjadi dinegeri ini adalah dampak yang pasif bagi
masyarakat ataupun negara,ibaratkan saja seperti seorang peternak yang memberi
makan ternaknya namun ternyata saat dijual ke pasar ternaknya tak memiliki nilai
jual sama sekali atau kita ibaratkan yang mungkin lebih kasar seperti petani
yang menyemprotkan pestisida ke hama-hama yang menggerogoti tanaman namun
karena diberi obat penghancur tersebut terus menerus mereka malah kebal dan
balik menantang sang petani dengan menghabiskan seluruh pasokan lahannya yang sudah ditanami 1 tahun lamanya.Itu
adalah hal yang sama yang terjadi dinegeri ini,mereka yang diberikan subsidi
tidak dikembangkan dengan sempurna atau bisa jadi tidak dikembangkan sama
sekali kearah yang bisa saja membawa hidup mereka kearah kesejahteraan atau
memperbaiki mentalitas mereka.Seringkali mereka berebut BLT bahkan ada seorang
petugas yang terluka karena masyarakat saling dorong atau sekedar BLT nya tak
sesuai ekspektasi mereka,setidaknya jika memang benar-benar menggunakan
subsidi-subsidi yang diperoleh itu dengan baik untuk membangun usaha,membeli
kebutuhan pokok atau memperbaiki tempat
tinggal mereka,yang mereka lakukan sebaliknya untuk membeli barang-barang
tersier yang sesungguhnya belum terlalu diperlukan untuk sekedar pamer ke
tetangga sekitar,mereka gunakan untuk hiburan-hiburan yang sebenarnya mereka
tidak perlu bahkan ada yang berniat untuk menggandakan jumlahnya ya itu adalah
hal yang bagus,namun mengapa harus dari meja judi,pertaruhan ataupun hal-hal
hina lainnya.
Ketika sedikit ku singgung mengenai subsidi pemerintah
sepertinya ada cerita menarik dibelakangnya,baik dari pemerintah itu sendiri
yang sengaja mengurangi anggarannya hingga target subsidi yang tak sesuai bagi
suatu lapisan masyarakat,terkadang masyarakat yang sebenarnya mampu atau bahkan
sangat berada mendaftarkan diri mereka untuk acara sosial ini bak membuat
sebuah KTP,yang kupikir adalah betapa hebatnya mereka karena tak memiliki rasa
malu pada orang-orang yang benar-benar tak mampu ketika mengantri bersama.Pernah
ku disekolah menengah ketika ku memiliki seorang kenalan yang bahkan tak pantas rasanya kusebut kenalan,ia mendaftarkan diri atau mungkin orangtuanya yang
mendaftarkan buah hatinya dalam agenda sosial pendidikan yang kala itu disebut
PIP/.BOS,padahal dari yang kutahu rumahnya berlantai 3 lengkap dengan furnitur
didalamnya sedang bangunan disebelah rumahnya adalah sebuah toko yang
cenderung besar daripada yang lain,anggap saja mereka punya semacam pegawai
maka sebut saja dengan istilah 'juragan'.Itu adalah salah satu ceritaku di
sekolah menengah yang memberikanku pandangan menarik mengenai masalah sosial terkait.
Lalu bagaimana dengan kelas menengah?apakah mereka mempunyai kesalahan?bukannya ku memihak kepada salah satu lapisan namun sebenarnya secara sekilas lapisan ini adalah yang paling melas nan ironis daripada yang lain ,dikatakan secara finansial mereka berada ditengah dimana artinya mereka dapat mencukupi kebutuhan keluarga secara sederhana,tak mempunyai aset yang melimpah seperti motivator omong kosong itu dan sialnya tak mendapatkan perhatian pemerintah mengenai subsidi padahal mereka mempunyai potensi yang layak untuk dinilai dalam mengembangkan usaha guna lepas dari lapisan yang tak menentu ini.Intinya mereka sering dianak-tirikan.Lalu kesalahannya?kesalahan mereka hanya ada 2 kemungkinan pasti yang pertama adalah mereka tak bisa mempertahankan kondisinya dan hancur berantakan atau kemungkinan lainnya adalah mereka salah telah lahir di negeri yang tak layak mereka huni ini,bukan karena letaknya ataupun historisnya tapi karena kebusukan sistemnya.
"Selamat berironi di dunia penuh jenaka ini"
>Berikut sepenggal bait sisipan,silahkan nikmati jangan dibawa hati...
Teater
Dunia yang berjalan apa adanya
Membosankan ketika tak ada intrik didalamnya
Karena seolah ini sebuah opera
Semua peran harus bersandiwara
Aktor muka dua ditatah sejak dini
Menghadapi bumi yang umurnya tak pasti
Kini pemeran dituntut percaya diri
Mengambil jalan yang diberikan sang dewi
Para wanita memainkan selendang dan menari
Laki-laki bermain drama dan bernarasi
lalu,siapa yang ada dibalik semua ini?
Tanyakan pada sang dalang yang tak kunjung menampakan diri
Sungguh jenaka pertunjukan mereka
Tak jarang diiringi suara gambang yang ada
Pikiranku kini bertanya dan mengembara
apakah ada figuran yang hatinya terluka?
"Sudahkah anda mengambil peran dalam pertunjukan?."
~Dwiki Ariyadi
Komentar
Posting Komentar