Langsung ke konten utama

"KRITIS TAK BERMORAL?"

 Surakarta,1 September 2024.


Disclaimer(!!!):Dimohon kebijakannya untuk membaca dengan seksama,jangan ditelan mentah-mentah karena kita manusia yang berakal jadi silahkan gunakan  interpretasi anda sendiri semaksimal mungkin.Selanjutnya saya mohon maaf terlebih dahulu apabila kata-kata yang saya gunakan kurang tepat serta tanpa didasarkan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu.


   Dewasa ini mungkin sebagian besar manusia akan sulit memberikan pandangan terhadap sesuatu hal yang terjadi,saya rasa ini tak terlepas dari era serba modern ini dimana segala informasi mengenai sesuatu isu sudah bertebaran di banyak media,hal ini menyebabkan seseorang akan berpikir pasif terhadap suatu hal yang disajikan dimana bisa saja seseorang mengambil/menarik kesimpulan mendadak tanpa pikir panjang dari suatu informasi dan berpihak pada apa yang mereka rasa benar.Tak jarang bahkan ada sebagian yang hanya tahu isu pada permukaanya saja mereka berlagak seolah mengetahui semua informasi hingga intisarinya,ironisnya ketika mereka dituntut menguraikan pandangannya terhadap sesuatu hal,pendapat mereka tak berkorelasi bahkan tak jarang ada yang tak tahu esensi dari isu yang diangkat.Jadi silahkan berpikir apakah sikap kritis mengenai sesuatu sudah tak diperlukan lagi?bahkan di era dimana media informasi sudah tak terbendung lagi jumlahnya ada yang berpihak pada uang,kekuasaan atau engagement semata bahkan parahnya ada oknum-oknum media jalang itu yang hanya menyebarkan informasi hoaks,maka tentunya penerimaan informasi saat ini harus dibarengi dengan pandangan yang terbuka dan kritis agar berita/isu-isu tak sampai memecah kejayaan dan integritas kita selama 79 tahun,walaupun saya pikir angka itu hanya formalitas tahunan saja.

   Berdasarkan pemaparan saya di atas maka dapat disederhanakan bahwa berpikir kritis yang baik adalah berpikirnya seorang manusia dari sudut pandang netral,tanpa berpihak/melihat latar belakang serta terbuka/open minded.Maka bisa anda bayangkan jika kita tak berpikir kritis terhadap suatu hal yang masuk penerimaan otak kita akan ada 2 kemungkinan yakni acuh tak acuh/hanya ikut-ikutan saja mengenai suatu isu atau kemungkinan lainnya yakni berpandangan terlalu ekstrim terhadap suatu hal dan berpihak karenanya.


   Di Zaman sekarang bisa jadi konotasi dari 'kritis' sendiri sudah menjadi stigma yang buruk dimasyarakat seolah kaum-kaum tirani ini adalah oposisi,musuh masyarakat ataupun bisa saja dicap sok tahu terhadap sesuatu hal.Padahal sejak peralihan era orba ke reformasi tahun 98 kita mempunyai sarana yang lebih baik mengenai kebebasan berpendapat terhadap suatu hal dengan salah satu wadah nya yakni sikap kritis.Tentunya tak semua harus dikritisi,yang saya maksud kritis paling tidak adalah untuk diri sendiri secara khususnya sebagai bentuk introspeksi jangka panjang ke arah yang lebih baik dan isu-isu yang disekitar kita yang memiliki multi-pandangan serta memberikan impact dalam kehidupan sehari-hari didalam masyarakat secara umum.

  

 Sebetulnya mengapa sikap kritis lahir?hal ini sebenarnya sudah ada sejak dulu sejak manusia diciptakan dimana seorang manusia mempunyai unsur dasar yang meliputi;instinc,hawa nafsu/syahwat,logika dasar berkehidupan,serta sedikit sikap kritis yang sederhana terhadap sesuatu hal yang mengusik kehidupan manusia itu sendiri/sesuatu yang dianggap kurang tepat dan perlu dibenahi,jadi kesemuanya itu adalah faktor fisiologis untuk bertahan hidup atau dalam psikologis dikenal dengan 'drive theory'.

   Lalu mengapa sifat kritis dianggap tabu dalam suatu masyarakat secara umum,hal ini tak lepas dari sejarah juga yakni sejak peradaban muncul.Peradaban yang dibentuk dari beragam sifat-sifat manusia secara kodrat berkumpul dalam suatu lingkungan yang berbeda dengan lingkungan lainnya dimana setiap lingkungan memiliki ciri khas yang berbeda satu sama lain kemudian membentuk budaya dalam kumpulan masyarakat(kumpulan manusia-manusia tadi) yang lama-kelamaan kita kenal dengan istilah adab/norma/sopan santun yang berputar aktif dan mengikat dalam ruang lingkup masyarakat.

   Jadi adanya peradaban tadi perlahan menahan bahkan menghapus eksistensi sifat-sifat manusia yang dianggap ancaman dalam ruang lingkup sosial masyarakat atau dengan kata lain ditahan karena adannya ketidakcocokan pandangan terhadap nilai-nilai/norma dalam masyarkat itu sendiri.

   Padahal berpikir kritis perlu tanpa menggunakan embel-embel tak bermoral,karena sesungguhnya orang yang menggunakan akalnya dengan penuh moral akan menilai sesuatu dari sudut pandang kebenaran tanpa memihak pada latar belakang budaya/pihak tertentu,hal tersebut tentunya ditunjang dari sikap kritis seseorang dimana jika kebenaran suatu hal tak dicari maka tak akan terwujudnya keadilan dalam kehidupan yang fana ini.

Sekian terimakasih,dan selamat malam.

<Berikut adalah sepenggal bait buatan saya,selamat membaca'

Rona

Membekas sayatan luka

Diantara daun kering menerpa

Seolah sebuah vignatte menyala

Terbesit pikiran yang tak kuasa


Didalam sebuah tangki penuh noda

Banyak yang berujung malapetaka

Dengan ribuan doa yang menyapa

Masihkah kutemui sehelai nirwana


Dalam kegelapan yang penuh tangis

Diawali rangkaian penuh tragis

Penuh siasat yang sadis

Dikelilingi jutaan manusia nan egois


Memaknai sebuah rona

Yang terdapat dalam kilatan cahaya

Mungkinkah takdir belum sirna

Ketika harapan masih tertunda


"Jangan biarkan eksistensi manusia hilang,berpikir kritis diwaktu yang tepat."

~Dwiki Ariyadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"PERINGATAN DARURAT,KETIKA BANGSA DIJAJAH OLIGARKI RAKYAT MESTI MENGGUGAT."

Surakarta,24 Agustus 2024.    

"MENILIK HISTORIS LEWAT MADILOG."

 Surakarta,14 September 2024.

SATIRE 1.0 "OPINI KECIL DALAM LAPISAN RAKYAT"

Surakarta,6 September 2024.