Surakarta, 25 September 2024.
Disclaimer(!!!):Dimohon kebijakannya untuk membaca dengan seksama,jangan ditelan mentah-mentah karena kita manusia yang berakal jadi silahkan gunakan interpretasi anda sendiri semaksimal mungkin.Selanjutnya saya mohon maaf terlebih dahulu apabila kata-kata yang saya gunakan kurang tepat serta tanpa didasarkan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu.
Ketika membicarakan persoalan dunia sebagian orang akan beranggapan bahwa kehidupan dunia terasa semu dan hanya fana yang menampakan diri,namun tak jarang beberapa anggapan lain menyebutkan bahwa kehidupan dunia harus benar-benar ideal,tentunya ini dalam mewujudkan konsep kebahagiaan dari beragam tujuan manusia yang tentunya ketika kita membahas definisi dan konsepnya sendiri pun akan kebingungan dengan berbagai unsur yang spesifik dan relatif bagi masing-masing individu.
Namun saya rasa dari dahulu kala hingga sekarang ketika membicarakan konsep kebahagiaan serta tujuan manusia dilahirkan kedunia akan ada berbagai perspektif tergantung daripada masing-masing ruang lingkup menjelaskan konsep tersebut.Misal saja dalam psikologi mendefinisikan kebahagiaan sebagai keadaan kesejahteraan emosional yang dialami seseorang,didalam konsep individu kebahagiaan sendiri adalah emosi positif yang muncul dari dalam diri seseorang(yang dipengaruhi oleh kepribadian, nilai hidup, dan keyakinannya),ketika menilik konsep kebahagaiaan dari sisi kemanusiaan pun akan cenderung diartikan sebagai kondisi pikiran yang bertahan lama dan memberikan dampak positif bagi siapapun,adapun ketika memahami kebahagiaan sendiri berdasarkan agama khusunya islam akan menerangkan bahwa kebahagiaan sendiri adalah bagian ketenangan hati dan kenyamanan jiwa yang didapatkan dari anugerah Allah SWT yang sedikit lebih rinci memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu: Berhati alim, Sabar menghadapi cobaan, Bersyukur dengan apa yang dimiliki, Hati yang bersih (qalbun saliim) dsb.
Maka sebenarnya sebagai manusia yang ingin mengetahui konsep kebahagiaan dan tujuan dunia sendiri perlu memahami diri sendiri,lingkungan dan gejala-gejala yang terjadi disekitarnya sedang setelah itu barulah memahami hakekat daripada eksistensi manusia baik dari sudut pandang kebermanfaatan,pengetahuan/keilmuan,achievement/pencapaian bahkan mungkin refleksi pada masing-masing individu.Tentunya manusia sesungguhnya berhak memilih daripada konsep kebahagiaan dan tujuan tersebut atau bahkan sebagai manusia yang memiliki kebebasan,ia berhak menentukan dan mewujudkan konsepnya sendiri dengan catatan tidak memberikan kerusakan dan dampak negatif pada hal lain,karena seperti yang sudah disebutkan diawal bahwasannya konsep-konsep tersebut sebenarnya relatif dan cenderung beragam tergantung daripada persepsi manusia dalam menilai.
Fenomena sekarang cenderung menunjukan sisi ironisnya ketika praktik manusia dalam suatu masyarakat/lingkungan sosial memahami eksistensi,kebahagiaan bahkan tujuan hidupnya.Terkadang dizaman sekarang manusia dikuasai oleh pola didalam suatu lingkungan sosial yang secara eksplisit maupun implisit menerapkan standar terkait konsep-konsep tersebut,tak jarang dizaman sekarang manusia sendiri akan bingung terkait orientasi kehidupannya karena adanya berbagai distraksi sebagai akibat daripada pola-pola yang menerapkan standar dan penyamarataan untuk hal-hal yang dianggap sesuai dan tidak sesuai,yang normal ataupun tidak normal ataupun yang terpuji atau bahkan yang tercela sekalipun tanpa memandang kebutuhan,persepsi,latar belakang ataupun pengalaman(kodrat/traumatis) manusia yang cenderung beragam dan relatif.Sebenarnya secara kasar akan tampak bodoh ketika manusia yang memilki kebebasan dan kehendak sendiri dijajah oleh standarisasi dalam masyarakat,dimana standarisasi yang digunakan tak jarang juga condong kepada hal-hal yang sebenarnya memberatkan manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Arthur Schopenhauer,seorang filsuf jerman pernah memaparkan mengenai kegelapan dunia yang sebenarnya adalah kehendak manusia.Dunia yang kita lihat dan alami adalah dunia representasi yang tertata dalam ruang dan waktu, sedangkan dunia sebenarnya berada di luar kerangka ruang dan waktu. Schopenhauer menjabarkan dua sisi dunia, yaitu dunia fisik dan dunia metafisik. Dunia fisik adalah dunia representasi atau dunia sebagaimana adanya, sedangkan dunia metafisik adalah dunia sebagaimana adanya, yaitu dunia sebagai kehendak. Schopenhauer percaya bahwa kehendak atau hasrat manusia menyebabkan kesedihan dan penderitaan. Namun, ia menawarkan kontemplasi estetis sebagai cara untuk menghindari penderitaan tersebut, meskipun hanya sementara. Schopenhauer percaya bahwa seni, seperti musik, puisi, seni lukis, seni pahat, dan arsitektur, dapat memberikan kelepasan.
Banyak kita jumpai dizaman sekarang ketika seolah-olah manusia dikuasai oleh kehendak dalam diri sendiri yang secara tidak disadari sudah terinfiltrasi/tercampur terhadap dinamika standarisasi ataupun pola-pola yang terbentuk daripada suatu lingkungan sosial tempat manusia bertahan hidup.Ketika relevansinya kita coba tarik ke masa sekarang beberapa akan tampak lebih jelas mulai dari konsep kebahagiaan dan orientasi manusia yang kini utamanya didominasi 'belanja,uang dan hiburan' dimana akan berimbas terhadap konsumsi yang berlebihan,hilangnya skala prioritas,limbah-limbah daripada kebutuhan tersier yang mencemari lingkungan atau bahkan yang lebih kompleks lagi terkait sifat individualisme dan hilangnya rasa kemanusiaan.Zaman ketika informasi,media sosial ataupun dunia maya gencar di masyarakat akan mulai terbentuk berbsagai pola/standar tertentu yang salah satunya kita ketahui adannya istilah 'fomo'(Fear of missing out),dimana dewasa ini sebagian manusia juga berorientasi terhadap berbagai trend karena adanya rasa takut ketertinggalan,maka ini tentunya secara perlahan menghilangkan refleksi terkait hakekat kehidupan dan kebahagiaan manusia.
>Berikut sepenggal bait,
Ranjau
Bangunlah segenap manusia
Coba bertanya pada hati kecilnya
Renungkan dan bercerminlah bahkan dalam nestapa
Agar sekedar tak hilang dan meluap begitu saja
Adakah alibi pada ruh kita
Alasan menjadi manusia diantara lainnya
Ketika dijumpai sedikit sorotan cahaya
Pasti kau pahami sedikit bahagia
Mengalahkan penjelasan tentang bulan
Agak sedikit sulit dibanding teori kecepatan
Walau begitu...kau akan rasakan ketenangan
Ketika sedikit saja didapat penerangan
Hiduplah bagai kau mati besok
Atau hiduplah selamanya ketika menjadi suatu sosok
Bebaskan pilihan untuk memilih hari esok
Jangan sampai terjebak atau sekedar terseok
"Tentukan tujuan dan kebahagiaan karena akan bodoh ketika disama-ratakan."
~Dwiki Ariyadi
Komentar
Posting Komentar