Langsung ke konten utama

"TERPERANGKAP PENGETAHUAN"

 Surakarta, 20 September 2024.

Disclaimer(!!!):Dimohon kebijakannya untuk membaca dengan seksama,jangan ditelan mentah-mentah karena kita manusia yang berakal jadi silahkan gunakan  interpretasi anda sendiri semaksimal mungkin.Selanjutnya saya mohon maaf terlebih dahulu apabila kata-kata yang saya gunakan kurang tepat serta tanpa didasarkan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu.

    Baik dari zaman dahulu hingga dewasa ini kita akan banyak melihat seseorang yang salah arti dalam menempatkan posisi terhadap sesuatu khususnya dalam hal ini adalah pemikiran.Akan banyak dijumpai kata 'pencerahan' atau 'tercerahkan' ketika seseorang baru saja mendapatkan pengetahuan baik melalui tokoh,literatur hingga audio-visual mengenai sesuatu yang notabene-nya pengetahuan tersebut adalah suatu ikhtiar dari seorang tokoh/pemikir/pembuat yang sudah menafsirkan atau membentuk pandangan tertentu berdasarkan gejala alam/sosial yang terjadi,kemudian disusun berdasarkan argumen yang sifatnya komprehensif,relevan dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat ditambahkan bahkan digantikan oleh suatu pandangan atau penemuan baru yang dirasa lebih relevan untuk diterapkan pada zaman dengan kondisi tertentu.


    Kesalahan penempatan 'pemikiran' dalam artian 'sudah tercerahkan' ini adalah ada pada definisi dan artian daripada hierarki pengetahuan yang terkadang banyak orang salah kaprah menempatkan definisi tersebut untuk melabeli diri sendiri bahkan orang lain ketika baru saja memdapatkan pengetahuan atau pandangan terhadap sesuatu.Adapun hierarki berpikir mengutip daripada sistem 'Taksonomi Bloom' yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 oleh seorang psikolog pendidikan yaitu Benjamin Bloom dan kemudian pada tahun 2021 direvisi oleh Krathwohl dan para ahli aliran kognitivisme menjelaskan bahwasannya berpikir yang induknya pengetahuan sendiri dibagi mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut meliputi; pengetahuan,pemahaman,penerapan,analisis,sintesis hingga puncaknya ada pada evaluasi atau yang kita kenal dengan istilah pencerahan.

    Untuk pembahasan singkat daripada revisi taksonomi bloom yang dikutip berdasarkan perpustakaan nasional republik indonesia(Perpusnas) adalah sebagai berikut;

  • Pengetahuan: pembelajaran yang paling mendasar dengan memfokuskan kepada mengingat (meskipun dapat melibatkan informasi yang kompleks). Pada tingkat ini, seseorang mungkin mengetahui terminology kunci untuk subjek tertentu, fakta dan angka yang relevan, sistem atau teori yang telah dikembangkan orang lain.
  • Pemahaman: orang tahu lebih banyak tentang apa sebenarnya arti dari informasi itu.
  • Aplikasi/penerapan: pada tingkatan ini, pengetahuan digunakan dengan cara baru dan diterapkan untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.
  • Analisis: melibatkan pemecahan informasi menjadi beberapa bagian untuk memeriksa secara individual dan untuk melihat bagaimana informasi tersebut berhubungan satu dengan lain.
  • Sintesis: orang membuat penilaian tentang apa yang telah mereka temukan sejauh ini. Pada tingkatan ini memungkinkan mereka untuk membuat rekomendasi atau menyarankan ide-ide inovatif.
  • Evaluasi/pencerahan: pada tingkat akhir ini, orang dapat mengatur ulang informasi yang dimiliki kemudian menggabungkan dengan informasi yang didapatkan kemudian menciptakan sesuatu yang baru.
    Adapun berdasarkan konsep berpikir tersebut,apabila didapati fenomena sekarang sebagian masyarakat akan cenderung salah kaprah dalam meletakan definitif tadi didalam penerapan kehidupan sehari-hari.Ambil saja contoh kecil seperti seseorang yang membaca buku-buku ideologi mengenai pandangan tertentu seperti 'das kapital' karya Karl Marx ataupun 'the wealth of nation' karya Adam Smith maka sesorang merasa sudah tercerahkan dan berpengetahuan sepenuhnya setelah membaca buku-buku tersebut padahal kenyataan kasarnya ia masih terkerangkeng dan mengekor terhadap tokoh yang menuliskan pemikiran dan pandangannya lewat bukunya ataupun ucapannya tersebut.
    

    Sebenarnya jika membahas pengetahuan tidak akan sesimpel menyerap informasi saja namun bagaimana kita berpikir,memahami,menerapkan,mengevaluasi informasi tersebut hingga pada akhirnya kita dapat bebas membentuk pemikiran sendiri terhadap suatu gejala tertentu berdasarkan pengetahuan komprehensif,argumentatif serta bersifat empiris.Jadi adanya klaim daripada orang yang mengaku sudah berpengetahuan ataupun tercerahkan hanya karena ia sudah menyerap informasi saja kasarnya itu tak lebih dari sekedar omong kosong yang bisa jadi tujuannya untuk memvalidasi diri sendiri ataupun kelompok tertentu agar diakui masyarakat secara luas.



    Sebut saja Karl Marx,Adam Smith,Fidel Castro,Martin Luther adalah seseorang yang tercerahkan,dimana seseorang yang telah mendapatkan pencerahan sendiri haruslah ada pada tahap evaluasi dimana ia dapat memberikan pemikiran baru terhadap suatu gejala yang kemudian banyak orang yang tidak tercerahkan mengikuti/mengekor dibelakang pemikiran tersebut karena merasa setuju dan sependapat,padahal ironisnya sebagai manusia yang berpikir haruslah kita selalu menempatkan diri kepada keobjektifan dan melihat dari berbagai ragam sudut pandang yang ada kemudian pada akhirnya kita dapat memahami,menerapkan hingga mewujudkan sendiri pemikiran kita secara mandiri yang dapat mencerahkan masyarakat luas.


    Akan banyak kompleksitas dalam mewujudkan cara berpikir yang benar berdasarkan konsep yang ada mulai dari susahnya menekan ego terhadap pemikiran sendiri,adanya distorsi informasi baik karena kemampuan diri ataupun kondisi sosial masyarakat yang membatasi,kesulitan dalam menyusun retorika ataupun argumentasi untuk mewujudkan pemikiran pribadi mengenai suatu hal yang terlepas dari segala pemikiran/pandangan yang sudah ada,kurangnya kemampuan menyampaikan pesan secara efektif karena minimnya perbendaharaan kata/literasi,adanya pola yang terbentuk dalam masyarakat yang membuat kita kesulitan dan tidak memiliki keberanian dalam mewujudkan pemikiran kita.


   Sesungguhnya semua orang pasti mampu mencapai tingkat tertinggi dalam hierarki berpikir dalm ilmu pengetahuan hanya saja pasti akan ada banyak hambatan dan halangan yang mengiringi serta butuh keberanian yang besar juga dalam mewujudkannya,tak lupa pula semua tergantung bagaimana seseorang menekan egonya dalam kehidupan khususnya dalam hal berpikir kesemuanya itu akan berakar kepada kemauan yang keras dan niat yang tulus dalam mewujudkannya.
>Berikut sepenggal bait,

Bui
Betapa tak mulia 'sang maha penentu'
Memberi hak sejak dari perut ibu
Diberi akal,libaslah arah yang tak tentu
Diselingi hati biar tak rancu

Belum syukur atas kalimat 'sempurna'
Maka hanya ada salah paham didalamnya
Mahluk yang dikata tak ada dua
Namun selalu lupa pada hibahnya

Tak bisa maksimalkan potensi
Takut untuk bereksistensi
Enggan...Walau hanya sebatas beropini
Bagai anjing yang terkurung samapi mati

Ilmu nilainya pasti mulia
Tapi orientasinya kini agak gila
Kalaulah hanya alat validasi saja
Yang tak pernah dipahami dalam kehidupan nyata

"Bebasnya pengetahuan tergantung pikiran,maka terbangkan tanpa terkekang."

~Dwiki Ariyadi



    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"PERINGATAN DARURAT,KETIKA BANGSA DIJAJAH OLIGARKI RAKYAT MESTI MENGGUGAT."

Surakarta,24 Agustus 2024.    

"MENILIK HISTORIS LEWAT MADILOG."

 Surakarta,14 September 2024.

SATIRE 1.0 "OPINI KECIL DALAM LAPISAN RAKYAT"

Surakarta,6 September 2024.