Surakarta,6 November 2024.
Disclaimer(!!!):Dimohon kebijakannya untuk membaca dengan seksama,jangan ditelan mentah-mentah karena kita manusia yang berakal jadi silahkan gunakan interpretasi anda sendiri semaksimal mungkin.Selanjutnya saya mohon maaf terlebih dahulu apabila kata-kata yang saya gunakan kurang tepat serta tanpa didasarkan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu.
Banyak asumsi dan pertimbangan diluar sana baik dari masyarakat umum,tokoh atau pakar yang menyebutkan bahwa sebuah negara pluralis yang kaya akan budaya dan sumber daya akan berpotensi menjadi negara maju dalam dua dekade mendatang,tentunya akan banyak jajak pendapat di sini yang menempatkan dirinya sebagai pro argumen atau opponent.Saya tidak tahu pasti dan sedikit mencoba menerka,apakah wacana daripada indonesia emas ini yang dimulai dari sektor hilirisasi terhadap sumber daya hanya sebatas bubuk mesiu yang akan menjadi bahan dasar untuk ledakan hangat bagi para kandidat-kandidat pemilu 2024,sebuah dalih untuk menutupi sebuah sistem yang sebenarnya sudah rusak ataupun memang ini adalah masanya dimana sebagian kalangan mulai linier kembali terhadap cita-cita luhur bangsa dan negara?
Dibalik itu semua indonesia sejak dahulu ketika belum berintegrasi pun sudah memiliki sebuah sistem yang sudah sepantasnya mendukung menjadi salah satu negara adidaya mungkin sekelas atau hanya sebatas adik kelas dari paman sam,mungkin saja.Tapi semua cahaya dan harapan tersebut mungkin sedikit demi sedikit mulai meredup ketika dari waktu ke waktu bumi pertiwi tak lepas dari kekangan dan intervensi bangsa asing secara langsung ataupun tidak disadari,tak cukup dari zaman perlawanan,kebangkitan hingga kemerdekaan bahkan pasca kemerdekaan negeri ini terus terusik oleh kepentingan-kepentingan golongan tertentu.Kala umur republik ini masih sebutir biji jagung yakni kisaran tahun 1950-an tepat setelah berakhirnya agresi yang menguras jiwa dan raga segenap bangsa,indonesia belum mampu-lah untuk menyandang negara dengan ekonomi yang stabil karena adanya pemerasan dibalik hutang berjuta gulden itu,baik dari segi politik pun masih gonjang-ganjing karena konsep yang seharusnya diharapkan tak pernah sesuai dengan implementasinya dalam kehidupan mulai dari parlementer yang ditunggangi orang berkepentingan,demokrasi terpimpin yang menuai banyak asumsi-asumsi liar publik hingga akhir orde lama yang membuka pintu otoriter dengan berdirinya kekaisaran selama kurang lebih 32 tahun atau yang biasa disebut orde baru.
Intinya dari zaman ke zaman sebenarnya tokoh-tokoh pemimpin,pejuang dan pemikir kita ialah orang yang hebat hanya saja dari zaman dahulu negara kita bak tidak diizinkan untuk melepas tali kekang dari intervensi bangsa-bangsa asing baik ketika zaman penjajahan dan perlawanan,perjuangan bahkan pasca kemerdekaan pun pengaruh bangsa asing masih berkutat dinegeri kita ketika dominan nya ada 2 negara adidaya kala itu yang berebut pengaruh.Bahkan dari pergantian kepemimpinan dan pemerintahan dari masa ke masa ini negara kita masih belum dapat sepenuhnya menerapkan politik dan ekonomi yang berdikari,banyak dari bantuan-bantuan ekonomi,kredit dan subsidi atau bahkan hibah datang dari negara-negara asing yang bisa saja menyembunyikan kepentingan dibelakang.Tentunya kita memiliki sistem politik luar negeri yang bebas aktif,ketika bebas menjalin hubungan/relasi serta aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia namun sebenarnya itu adalah dilema yang dialami bagi negara berkembang hingga berpotensi maju ketika dihadapkan dengan politik luar negeri,ketika tujuan mereka dalam mengembangkan dan memakmurkan negaranya tetapi di lain sisi adanya batasan mereka dalam mengaktualisasi negaranya agar setara dengan negara-negara maju/adidaya saat ini,jika di logika setidaknya mereka negara maju tidak akan memberikan celah bagi negara-negara yang akan menjadi saingannya kelak,maka ini menjadi pertarungan antara harapan dan realitas yang terjadi dalam kancah politik global.
Lepas dari faktor intervensi dan politik luar negeri,modal bagi indonesia agar setidaknya dapat menjadi negara yang maju demi mencapai harapan kejayaan 2 dekade mendatang adalah sistem politik dan pemerintahan dalam negeri nya sendiri.Saking vital nya faktor ini tentu saja kita merasakan bahwa hal-hal tersebut secara kita sadari/tidak akan cenderung mempengaruhi faktor-faktor lainnya seperti ekonomi,sosial,budaya,hukum,pertahanan bahkan keamanan.Anggaplah bahwa sistem politik yang membentuk suatu pemerintahan berjalan dengan kotor,tanpa transparansi hingga tak memiliki integritas didalamnya maka tentunya hal-hal essensial lainnya akan ikut terpengaruh semisal sistem ekonomi yang tak pernah menunjukan perkembangan,tidak mampu menunjang hajat hidup orang banyak,hanya dikuasai oleh orang-orang berkepentingan ini akan berlanjut kepada sistem sosial budaya yang ada ketika terjadinya kesenjangan sosial,keterbatasan pendidikan hingga budaya KKN yang mengakar dalam setiap lini kehidupan.Dalam sisi sistem hukum pun sama,sejatinya hukum adalah alat untuk mencari keadilan demi tegaknya moral bangsa dan negara namun ketika hal tersebut tidak berjalan lancar maka ia hanya akan tajam kebawah dan tumpul keatas ketika para-para tokoh-tokoh hukum tidak memiliki integritas dan kedapatan menerima suap ataupun gratifikasi yang kemudian masyarakat tidak memiliki keberanian dalam membela keadilannya.Pada akhirnya ketika itu terus mengalir hingga mencapai sistem vital suatu negara seperti pertahanan dan keamanan tentunya akan mengancam keselamatan segenap bangsa dan negara.Maka sesungguhnya diibutuhkan integritas dan kebersihan sistem politik dan pemerintahan beserta sistem-sistem vital lainnya yang dominan dipegang negara agar cita-cita ataupun tujuan nasional daripada bangsa dalam menjadi bangsa yang maju dapat tercapai dengan baik.
Ketika membahas mengenai cita-cita Indonesia emas haruslah kita menyoroti kualitas masyarakat dan SDM yang ada karena sebenarnya ini adalah faktor yang terpenting dalam membawa perubahan dari bangsa berkembang ke maju,SDM ini adalah tongkat estafet untuk meneruskan kualitas generasi sebelumnya dan mendatang,mereka adalah orang-orang yang diberi beban dipundaknya dalam menghadapi perubahan serta mereka adalah orang-orang yang seharusnya memperoleh manfaat terbesar dari perkembangan suatu negara menuju tahap maju.Yang mendasari SDM dengan kualitas baik sebenarnya memiliki banyak variabel namun utamanya adalah dari pemikiran,pandangan,pola,kerangka berpikir/mindset,adab serta moralitas yang tinggi.Tentunya ini adalah peran setiap individu dalam masyarakat untuk memiliki kesadaran dalam mengembangkan kualitas dan aktualisasi dirinya menjadi lebih baik lagi,peran pemerintahan pun cukup krusial dalam memfasilitasi pengembangan setiap diri individu baik melalui sarana,pelatihan ataupun anggaran.
Mirisnya ketika melihat realitas negara kita dalam kacamata umum maka akan kita dapati banyak kebrobrokan dan kekurangan yang menandakan perlunya penanganan/perbaikan.Sistem politik yang sudah melenceng dari tujuan kaderisasi dan hanya mementingkan elektabilitas bahkan dengan segala daya dan upaya,.pemerintahan yang pejabatnya belum sepenuhnya memiliki moral sesuai dengan sumpah yang diucap,integritas yang mereka abaikan bahkan mungkin oknum-oknum yang mementingkan dirinya sendiri.Dilain sisi masyarakat yang hidup dalam perkembangan teknologi dan digitalisasi justru semakin nampak terjajah dan dibodohi oleh hal-hal yang sebenarnya dapat memberi mereka benefit.
Kita akan melihat kebobrokan politik ketika didapati calon pejabat,pemimpin atau legislatif yang berkompeten akan kalah dengan uang secarik 50 ribu dalam amplop dan rasanya akhir-akhir ini apa yang disebut serangan fajar ini mendapatkan penerimaan dalam masyarakat apalagi tokoh politik.Oknum-oknum pemerintah yang tak memiliki integritas pun perlahan terungkap dalam layar televisi tengah mengenakan baju istimewa buatan penyelidik korupsi,tak jarang oknum-oknum pemerintah yang tak memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadahi menerapkan suatu kebijakan tanpa menimbang moral dan mental yang memberi kesanggupan dibelakangnya.
Paling tidak harapannya ketika didapati kekurangan dalam bidang kekuasaan dan pemerintahan,masyarakat sebagai faktor negara dapat lebih unggul sebagai indikator SDM yang tinggi dan mumpuni.Namun sayangnya yang terjadi tidak demikian,banyak dari masyarakat belum memiliki kesadaran dalam beretika dan bersopan santun,kesadaran akan pentingnya lingkungan,kesadaran untuk menjaga sarana dan prasarana,pola-pola yang terbentuk dimasyarakat berdasarkan trend sosial media atau fomo sesaat,adanya aktivitas oknum masyarakat terkait judi-judi online yang marak dan tentunya tidak jauh dari pinjaman online,siswa-siswa sekolah menengah yang bahkan tidak memahami konsep literasi dan numerasi dasar,bahkan gadget yang masyarakat pegang setiap detiknya dengan akses informasi yang tidak terbatas justru malah digunakan untuk membuat konten-konten bodoh dan berujung klarifikasi yang padahal hanya pembenaran tanpa dalil kemudian hal-hal ini menimbulkan kekisruhan,konflik,penghinaan,perdebatan yang tidak perlu.
Lucunya lagi akhir-akhir gagasan Tan Malaka yang berumur 1 abad semakin tampak ketika sebagian masyarakat yang hidup dizaman sekarang justru masih percaya pada logika mistika,kleniik ataupun hal-hal suprantural lain yang sebenarnya membatasi mereka dalam mengaktualisasi diri.
Maka dari faktor-faktor yang disebutkan diatas saya rasa adalah beberapa indikator yang menunujukan apakah negara kita siap dalam melangkah menjadi negara yang maju dan bersaing dikancah global,fakotr-faktor tersebut perlu dioptimalkan dilain sisi setidaknya konsep kontrak sosial(Jean-Jacques Rousseau) ketika kedudukan antara pemangku negara dan rakyat seimbang dan sama-sama mengaktualisasi potensinya masing-masing demi mengihndari sengketa atau ketidakadilan yang terjadi.
Referensi lain;Kompas,Goodstats,Pinterpolitik
Berikut sepenggal bait;
1001 Malam
Kita akan tahu runtuhnya peradaban
Ketika imajinasi tak lagi diperlukan
Literasi mereka buang ke selokan
Tak lagi berpikir dan berkhayal tentang perubahan
Otak kecil hanya dipenuhi hiburan
Bagian lainnya mengharapkan kesenangan
Hegemoni manusia akan tertelan
Dikuasai hawa nafsu tak terbalaskan
Sang raja durjana dan gemar membunuh
Padahal dengan ilmu ia akan luluh
Setiap malam hatinya terasa teduh
Menghayati cerita yang berbekas peluh
Padahal sang imaji hendak diburu
Tak akan berselang lama saat malam itu
Maka itulah hakikat ilmu
Setidaknya membebaskan pikiran yang terbelenggu
"Maju-Mundur 2 Dekade Mendatang?"
~Dwiki Ariyadi.
Komentar
Posting Komentar