Langsung ke konten utama

SATIRE 1.4 "TIMBANGAN SEMESTA"

Banjarnegara, 20 Januari 2025.

    Disclaimer(!!!):Dimohon kebijakannya untuk membaca dengan seksama,jangan ditelan mentah-mentah karena kita manusia yang berakal jadi silahkan gunakan  interpretasi anda sendiri semaksimal mungkin.Selanjutnya saya mohon maaf terlebih dahulu apabila kata-kata yang saya gunakan kurang tepat serta tanpa didasarkan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu.

    Kata keadilan mungkin saja pertama kali kita dengar ketika menempuh mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, mungkin lebih formalnya adalah ketika masuk dibangku sekolah dasar atau jika mayoritas hipotesis ini salah maka anda adalah orang hebat apabila mengetahuinya jauh sebelum bapak/ibu guru disekolah menuliskan kata "justice" di papan tulis yang usang itu.Kebanyakan manusia saya rasa akan setuju jikalau keadilan menjadi fundamental yang mendasari perilaku keseharian, sebuah perjuangan ataupun proses mencapai sesuatu atau bahkan jika keadilan itu adalah manifestasi dari hasil atau tujuan yang sedari dulu sangat amat didambakan.

    Tanpa disadari konteks keadilan sebenarnya adalah satu dari sekian hal yang paling melekat pada seorang diri individu, mungkin sejak dilahirkan dan peran terkait pola asuh anak menjadi hal yang utama, mungkin juga ketika anda semua pertama kali dibebankan tanggung jawab diusia dini, atau bisa jadi ketika anda mempelajari mana yang seharusnya benar dan salah.Itu semua tidak akan lepas dari persoalan keadilan sebagai modal utama kehidupan manusia bahkan ketika kita dapati didalam hal-hal yang tampaknya sederhana saja.

    Keadilan memerlukan rasio atau akal, sedikit banyak keyakinan dan pengalaman bisa jadi pendorongnya.Orang yang berakal sudah seharusnya dapat membedakan pilihan-pilihan /alternatif yang memberikan dampak lebih baik sepenuhnya tidak hanya pada diri sendiri ataupun orang-orang/lingkungan sekitar.Sama halnya dengan moral, adab ataupun etika, kesemuannya itu jika disandingkan dengan konsep keadilan tidak akan bertolak belakang dan mungkin nyatanya akan lebih koheren terhadap hal-hal tersebut.

    Jika dalam pendekatan suatu negara yang demokratis dengan berlandaskan hukum dan aturan perundang-undangan sangat tidak mungkin apabila keadilan tidak tercantum didalamnya, anggaplah bahwa keadilan adalah untuk memperoleh segenap masyarakat yang taat hukum dan aturan, keadilan untuk membantu menegakan hukum selurus-lurusnya, keadilan juga adalah bentuk penyesuaian norma dan kode etik dibalik pejabat atau pemegang wewenang yang beroperasi dan menjadikan hukum sebagai alat yang universal, bersih dan tidak tersentuh hal-hal amoral lainnya.Dilemanya disuatu negara yang konsepnya seperti ini justru keadilan hanya sebatas tulisan dibuku-buku pelajaran atau dilisan para orang-orang yang dianggap bijak ataupun dicap sok bijak.

    Ketika ingin melihat ideologi mana yang sebenarnya terbaik namun penuh dilematis maka kita harus menegakan sejenak kepala kita keatas dan melihat seekor burung garuda yang sering terpampang jelas dibangunan-bangunan formal ataupun modelnya hanya sebagai hiasan ruangan."Pancasila" adalah ideologis terbaik buatan bangsa dan negara ini, prosesnya bukan hanya sebuah gagasan namun juga pengorbanan, bukan hanya mengharapkan tawa namun banyak menyembunyikan berbagai luka, bukan hanya tulisan semata namun berisi tujuan dan cita-cita.Coba anda hubungkan dengan konsep berpikir yang fundamentalis, ideologis, teologis, bahkan filosofis sekalipun tidak ada yang bertentangan dengan konsep tersebut karena memenuhi standar atau metodologi yang tepat dalam mengobservasi kebutuhan bangsa dan negara dari dulu hingga kedepan.

    Keadilan menjadi tonggak terakhir yang dicantumkan didalam sila kelima, sebagai sebuah cita-cita dan tujuan dari korelasi yang sempurna dengan didasarkan dengan 4 sila lainnya.Keadilan tidak akan tercipta ketika ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan tidak ditegakan begitupun sebaliknya keadilan diperlukan dalam proses menuju pengamalan 4 sila secara benar, jadi pada akhirnya keadilan dan semua sila saling menunjang dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.Sayangnya banyak dari kita yang tidak menyadari bahwasannya keadilan belum sepenuhnya berjalan dengan linear.Banyak intoleran dalam menjalankan ibadat dengan tenang ataupun konflik agama baik eksternal maupun internal adalah gambaran keadilan yang berketuhanan masihkah perlu dipertanyakan?, adanya diskrimnasi dan rasisme maka kiranya keadilan apa yang berkemanusiaan?, perkembangan zaman hanya terjadi perpecahan karena maraknya ujaran kebencian maka apakah arti persatuan tanpa keadilan?, konsep demokratis dan penegakan hukum yang sering diselewengkan maka seberapa adil kerakyatan?, apakah kemudian dengan semua yang terjadi dapat kita harapkan kesejahteraan yang berkeadilan?

    Diatas adalah gambaran bahwa pancasila adalah konsep ideologi yang sesuai dengan bangsa dan negara, dinamis dan kebermanfaatanya adil bagi segenap tumpah darah, namun jika tidak benar-benar dipahami dan dihayati dengan benar baik dari segi historis ataupun filosofisnya maka yang ada hanya ledakan dilematis yang semakin terasa dari zaman ke zaman.Kita barangkali tidak akan menginginkan dan tidak menghendaki apabila nyatanya pancasila hanya sebagai sebuah pajangan formalitas, tampak nyata tulisan dan poin-poinnya namun sulit menggambarkanya dan hanya sebatas fatamorgana saja.

    Keadilan dimata banyak orang akan disangkut-pautkan dengan nominal yang sama, tapi sebenarnya hakikatnya lebih kepada menempatkan sesuatu sesuai konteksnya baik dari segi kebenaran yang diperoleh melalui pengetahuan dan keyakinan ataupun kebermanfaatan (pragmatisme), misalnya perbedaan ketika menggaji seseorang berdasarkan dengan apa yang dihasilkan melalui keterampilan dan skillnya, orangtua ketika memberi uang saku kepada anak-anaknya yang berbeda jenjang pendidikan/kebutuhannya, peraturan yang berlaku tidak hanya untuk masyarakat namun juga penegaknya, menjaga sikap dan norma sesuai dengan waktu dan tempatnya dalam hubungan interpersonal ataupun bahkan dalam mengambil sebuah keputusan dengan meminimalisir efek negatif yang akan diperoleh.

    Tapi perlu diingat bahwa ketika kita mengharapkan suatu keadilan maka disaat itu juga kita harus siap melakukan pengorbanan kecuali dalam hal-hal yang sudah matang dan terencana, anggaplah sebuah keluarga dimana orangtua nya memberikan kasih sayang terhadap anaknya melalui materi ketika semua kebutuhannya tercukupi maka kerenganggan hubungan keluarga sedikit banyak dikorbankan, disini kasih sayang yang berorientasi pada materi melambangkan keadilan yang diberi karena adanya ketidakmungkinan ketika waktu bekerja orangtuanya diberikan kepada sang anak maka sebenarnya hal ini bias menjadi suatu kesalahpahaman karena perbedaan pandangan dan kurangnya komunikasi sebagai wadah menyelesaikan persoalan, bukan tidak mungkin orangtua dapat memberikan waktu dan materinya secara bersamaan namun itu adalah harga yang harus dibayar ketika belum terdapat kemapanan dalam suatu keluarga.

    Dalam seri animasi jepang Fullmetal Alchemist: Brotherhood (2009) banyak menyimbolisasikan terkait konsep keadilan yang filosofis dan ilmiah didalamnya.Petualangan antar dua saudara dalam mencapai tujuannya untuk mengembalikan tubuhnya yang ditelan alkimia mungkin hanya segelintir cerita dibandingkan dengan beberapa pembelajaran terkait makna-makna kehidupan didalamnya."Dalam Fullmetal Alchemist, alkimia beroperasi berdasarkan Hukum Pertukaran Setara, yang menyatakan bahwa sesuatu tidak dapat diciptakan dari ketiadaan dan untuk menciptakan sesuatu, sesuatu yang bernilai sama harus dipertukarkan dan hilang" artinya pertukaran setara dalam Fullmetal Alchemist adalah hukum alkimia yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan sesuatu, sesuatu yang bernilai sama harus dikorbankan ini sebenarnya juga menjelaskan konsep kehidupan dalam mencari tujuan yakni keadilan, dimana ketika kita menginginkan sesuatu disitu juga ada sedikit banyak yang kita korbankan untuk meraihnya.

    Dalam realitas pengorbanan untuk mencapai kebahagiaan mungkin akan menguras tenaga, waktu bahkan nyawa sekalipun dan itu adalah hakikat keadilan yang secara langsung atau tidak langsung dapat kita sadari.Dalam kehidupan ekonomi contohnya ketika seorang menawarkan barang atau jasa maka kita juga mengorbankan suatu nilai tukar untuk mendapatkannya, sehingga sebenarnya konsep keadilan adalah modal yang paling melekat dalam kehidupan manusia, dan didalam prosesnya akan menumbuhkan tujuan akan keadilan yang semakin tinggi dan mulia namun pengorbanan nya pun akan semakin besar, dapat dibayangkan jika ini adalah sebuah pisau bermata dua yang siap memberi manfaat bagi pemakainya namun luka sayatan adalah hasil dari menuai sebuah hasil.

    Bukan tidak mungkin untuk memperbaiki sebuah ketidakadilan yang terjadi didalam kehidupan baik berbangsa dan bernegara, sehingga perlunya segera berbenah mulai dari hubungan individu dengan penciptanya terkait manajemen ibadah dan muamalah, hubungan antar individu berdasarkan kemanusiaan dan persatuan hingga hubungan rakyat dan pemegang jabatan dalam mencapai konsep demokratis yang memberikan keadilan dan kesejahteraan.Memang butuh kesabaran dan waktu yang lama untuk memperbaikinya karena kita merusaknya juga tidak sebentar lamanya.

Referensi lainnya:

Kiyosaki, R. T. (2017). Rich dad poor dad (2nd ed.). Plata Publishing.




         Plato (1955). The Republic. Translated by Lee D., London: Penguin Books.







Berikut sepenggal bait;

Pengang

Berdiri di atas seutas tali panjang

Diantara imbang dan bimbang

Hingar-bingar penuh tegang

Untuk suatu yang layak dikenang


Mengisyaratkan dua sisi

Pilihannya tetap hidup atau mati

Hidup untuk mencari arti

Atau mati untuk direkreasi


Menaruh harap pada satu hati

Entah untuk dicintai atau disakiti

Namun jarang dari mereka peduli

Keduanya pasti akan didapati


Hujan bercampur abu dan lara

Hanyut dengan menyisakan sedikit luka

Tak gentar untuk melanjutkan asa

Hanya hari ini atau untuk esok lusa


"Hidup untuk besok dan hari ini, sisanya kita niscaya mati."

~Dwiki A.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

"PERINGATAN DARURAT,KETIKA BANGSA DIJAJAH OLIGARKI RAKYAT MESTI MENGGUGAT."

Surakarta,24 Agustus 2024.    

"MENILIK HISTORIS LEWAT MADILOG."

 Surakarta,14 September 2024.

SATIRE 1.0 "OPINI KECIL DALAM LAPISAN RAKYAT"

Surakarta,6 September 2024.