Langsung ke konten utama

" GANJIL DI TENGAH KEWARASAN. "

Banjarnegara, 6 Juni 2025.

Disclaimer(!!!):Dimohon kebijakannya untuk membaca dengan seksama,jangan ditelan mentah-mentah karena kita manusia yang berakal jadi silahkan gunakan  interpretasi anda sendiri semaksimal mungkin.Selanjutnya saya mohon maaf terlebih dahulu apabila kata-kata yang saya gunakan kurang tepat serta tanpa didasarkan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu.

    Hiruk-pikuk argumen kerap terdengar menghantui jalanan yang semestinya sepi, lorong-lorong berdebu, Taman anggrek yang seharusnya penuh bunga-bunga yang layu ataupun gedung mewah yang kita kira memperdebatkan sesuatu, ya itu hanya perkiraan sama halnya dengan bermain kartu misalnya.Bukan argumen yang cukup pintar kurasa mungkin lebih tepatnya alat-alat kotor untuk ajang validasi diri, berlomba semata untuk sebuah prestasi ataupun hanya hal hina selayaknya suatu caci maki.Semakin kesini mulai terlihat jelas pembangunan tempat ibadah yang bahkan investornya hanya tampang muka untuk sekedar dokumentasi peristiwa, ahli-ahli ibadah yang lihai menjual lidah atau bisa jadi produk jadinya, atau bahkan simbol-simbol songkok hitam yang hanya menghiasi kepala saja.Ini bukan hal yang jarang terjadi akhir-akhir ini ketika di suatu negara yang menyandang keberagamaan suku, ras, budaya, bahkan khususnya agama hanya tampak rumor atau mungkin lebih ke majas semata.Kini mungkin suara gema adzan sudah tidak terdengar sayup ditelinga oleh karena hati sudah dibutakan keadaan yang tidak semestinya, bangunan yang seharusnya memberikan naungan dan pencerahan bahkan kini tak jarang hanya meninggalkan lumut dan semak belukar karena tak pernah terjamah untuk menengadah.

    Tak terlihat mustahil apabila benar adanya sekarang sesuatu yang tampak baik dilabelnya ternyata tak seperti dikomposisinya atau mungkin yang kita lihat kotor dan menjijikan layaknya sampah adalah makanan yang lebih layak dikonsumsi, setidaknya mereka tidak menggaungkan gelora promosi yang justru semakin membodohi konsumen yang awam terhadap sistem produksi.Yang kumaksud tidak sependek itu, semua hanya kiasan belaka ya lebih tepatnya kunamakan "analogi yang terkonotasikan" seandainya istilah yang kudambakan itu pernah ada.

    Sorban dan peci tidak lagi dipandang sebagai hal yang sepenuhnya bersih, karena satu dan dua hal beberapa lapisan masyarakat mulai menyadari ada beberapa noda atau debu dicelah-celah benang kainnya yang saling terkait.Mungkin sekarang majelis-majelis lebih giat berorasi layaknya semangat pidato 5 tahunan kepala negara terpilih.Mencari dan menyusuri jalan-jalan agama kini tak lagi dipandang sebagai hal utama dibandingkan secarik amplop yang sering diselipkan pada gelas-gelas suguhan sang raja.Mungkin ada benarnya bisnis-bisnis kontemporer mulai digalakan lagi dengan laba yang sangat tinggi bermodalkan bahan baku curah seperti air, garam, kertas atau mungkin besok ada butiran beras sebagai bahan pokok.Dilarang pintar untuk orang-orang yang mengikuti mereka karena nanti ditakutkan akan ada kalanya orang-orang tersebut sadar bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan sesuatu dibumi dan dilangit untuk manusia manfaatkan sebagai sumber kehidupan, atau mungkin saja oknum-oknum ini mencari celah dan memaknainya sebagai sumber rejeki, pintar yang membodohi bukan.

    Dulu seorang anak dibangku sekolah dasar ketika ditanyai gurunya mengenai cita-cita probabilitasnya akan sedikit banyak menyebutkan profesi-profesi bergengsi layaknya astronot, ustadz, dokter, ataupun presiden, memang yang terakhir ini memang agak overrated terdengar ditelinga.Mungkin aku harus mewakili dunia untuk meminta maaf kepada anak-anak penerus generasi bangsa tersebut karena figur-figur yang mereka gemari sudah sedikit melenceng dari arena balapan yang kompetitif, dimana ada yang dengan sengaja mencuri start, mungkin mengelabuhi wasit pemegang bendera atau lebih sangarnya melubangi ban milik lawan-lawannya yang ia temui di jalan.Tidak salah bukan hidup kan suatu perlombaan bukan suatu jalan untuk mencari kebenaran, setidaknya itu definisi orang-orang di atas puncak klasemen bukan mereka yang hanya sekedar penonton atau tukang tambal ban.


    Jam 10 nanti ada rapat ya pak? Ucap tegas penuh keyakinan untuk seorang yang dulunya masih lugu kala pelantikannya menggunakan jas rapi hitam fullset dengan berpeci lurus anti serong di bawah kitab suci kepercayaan.Ternyata kini ia juga mulai mengesahkan proyek tambang yang menggusur warga yang punya hak hidup di situ, merobohkan hunian 4 kepala keluarga yang pas-pasan dalam mencari sesuap nasi, mengganti objek wisata alam dengan industri komersil penuh lumpur yang mengenangi saat hujan datang atau mungkin lebih gilanya akan ada kompe-kompe politiknya yang dahinya berlubang bekas dari peluru berkaliber tinggi.Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kan toh semua orang punya hak asasi manusia, coba kalian baca pasal hak untuk hidup, nah standar hidup mereka saja sudah tidak selevel mas-mas mahasiswa yang kerap minum kopi susu atau wedang ronde dari angkringan sambil nangkring dipinggir-pinggir jalan.Pandangan setiap manusia berhak berkembang kan? sebab karena banyak pengalaman sewaktu dulu susah payah meminta persetujuan acc dosen terkait skripsi kemudian alih profesi jadi tukang asongan ijazah layaknya sales atau SPG rokok, yang tanpa diduga-duga sekarang sudah berdandan rapi saja untuk ke kantor jam 10 pagi, dunia itu berputar mungkin ada benarnya.

    Sekejap anak dibangku-bangku sekolah dasar tersebut mungkin sudah beranjak remaja bahkan dewasa maka harapanku untuk generasi-generasi mendatang tidak akan terlalu tinggi seperti seorang orang tua yang kadang menuntut sempurnanya si anak, cukup menjadi manusia saja yang biasa dalam artian tidak selalu bermakna negatif lebih ke arah menjadi manusia yang difitrahkan untuk memanusiakan orang lain setidaknya itu hal umum yang menjadi konsensus global di luar agama sebagai bentuk keyakinan.

    Manusia difitrahkan untuk menjadi manusia titik itu sepatutnya sudah menjadi definisi sederhana, sehingga tak usah terlalu diinterpretasikan berlebihan. Kodratnya bukan menjadi seorang binatang yang selalu mengikuti alur dan insting untuk bertahan hidup adapun yang terjadi tak jarang nafsu membabi buta, maka dari itu ironi tentunya ketika melihat sekumpulan manusia tak lebih dari hewan ternak yang nafsu birahinya memenuhi kandang sehingga olehnya mengundang para pemburu untuk datang menjagal. Tentunya kita sedang membicarakan analogi bukan keadaan yang sesungguhnya, kalo sampai analogi sudah menguap menyisakan sebuah mitos entah apa yang akan terjadi ke depannya.

Referensi lain;
















Berikut sepenggal bait;

Angkuh 

Bergumam lafal yang terdengar merdu
Saat kerap mulut yang sering terdiam bisu
Kodratnya memang gemar membaca buku
Atau menelisik kitab suci orang terdahulu

Sedikit celah mulai menghantui kalbu
Merusak tatanan yang seharusnya berlaku
Membentuk citra yang sebenarnya terlihat semu
Merampok pikiran dengan hal-hal tabu

Manusia turun tanpa busana
Bahkan tak memikirkan harapan apalagi cita-cita
Hanya satu konsep yang ia selalu bawa
Mungkin fitrah adalah konsekuensi atas semua

Sudah jauh dari pelabuhan yang ada
Entah kompas yang rusak atau hati manusia
Masa depan yang semakin sirna
Tinggal menunggu tampak ujungnya

"Aku bukan binatang, aku manusia."

~Dwiki A.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

"PERINGATAN DARURAT,KETIKA BANGSA DIJAJAH OLIGARKI RAKYAT MESTI MENGGUGAT."

Surakarta,24 Agustus 2024.    

"MENILIK HISTORIS LEWAT MADILOG."

 Surakarta,14 September 2024.

SATIRE 1.0 "OPINI KECIL DALAM LAPISAN RAKYAT"

Surakarta,6 September 2024.